Sabtu, 20 Agustus 2011

CERMIN BURUKNYA KONDISI PENDIDIKAN INDONESIA


Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Untuk meraih predikat tersebut salah satu indikator pentingnya adalah pendidikan. Dengan kualitas pendidikan yang bermutu, suatu bangsa memiliki citra sebagai bangsa yang besar dan modern. Hal ini tentu berlaku juga bagi negara Indonesia. Namun, sangat ironis rasanya melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Berbagai masalah timbul, mulai dari kualitas sebagian besar pendidik yang masih rendah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, mahalnya biaya pendidikan, dan kurikulum yang sering berubah-ubah.
Permasalahan lain yang terjadi pada dunia pendidikan kita akhir-akhir ini yang membuat kita menjadi miris adalah penurunan nilai-nilai budi pekerti di sekolah. Salah satunya nilai kejujuran, berupa contek massal dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang terjadi disebuah sekolah dasar di kota Surabaya. Anak sekolah dasar yang semestinya diajarkan nilai-nilai kejujuran justru malah diajari sebaliknya oleh guru mereka sendiri. Ironi yang sangat menyakitkan ditengah harapan yang besar pada masa depan mereka. Hal tersebut mencerminkan buruknya kondisi pendidikan Indonesia.      
Oleh sebab itu perlu keterlibatan beberapa pihak untuk memperbaiki carut-marut kondisi pendidikan kita. Pertama keluarga, keluarga menjadi tempat awal dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak. Mulai dari keluarga inilah anak dikenalkan dengan sikap-sikap terpuji seperti, kejujuran serta bohong itu dosa. Orang tua jangan sampai lepas tangan dalam mendidik buah hatinya. Orang tua harus berkontribusi dalam setiap perkembangan fisik maupun psikis anak.
Sekolah memegang peranan penting dalam memberikan pendidikan kepada anak. Sekolah harus mengajarkan dan melatihkan nilai dalam setiap aktifitas pembelajaran. Hal ini sangat penting karena setinggi apa pun pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, tanpa nilai yang didapatnya, maka pendidikan hanya akan memberikan pengetahuan bukan pengajaran. Kita semua tentu tidak mengharapkan apa yang dikemukakan McLuhan dengan teori Pendulum-nya terbukti, yakni manusia yang cerdas otaknya namun rendah emosinya.
Masyarakat mempunyai kontribusi dalam memperbaiki pendidikan. Semua elemen masyarakat harus mendukung ditumbuhkembangkannya  sikap-sikap terpuji seperti toleransi, saling menghormati, tolong-menolong, kejujuran dan gotong royong dalam hubungan sehari-hari. Ibaratnya kehidupan bermasyarakat dijadikan  sarana mengaplikasikan nilai-nilai terpuji  yang telah didapat dikeluarga dan sekolah. Bukan malah masyarakat memerangi kejujuran yang diungkap salah satu warganya.
Pihak terakhir yang harus andil dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia adalah pemerintah. Negara tidak boleh melupakan tugas dan perannya dalam membangun pendidikan. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus mengevaluasi Ujian Nasional(UN). Realita di lapangan membuktikan, UN yang harusnya dijadikan standar pendidikan malah menjadi momok bagi siswa, wali murid, dan sekolah. Mereka berusaha dengan berbagai cara melewati UN demi tujuan masing-masing. Siswa dan wali murid berstigma jika tidak lulus UN sama artinya dengan kiamat. Sehingga keluiusan UN diatas segalanya. Bagi sekolah, tingginya kelulusan meningkatkan nama baik sekolah, sekaligus menjadi ajang promosi. Hal tersebut tentu merupakan paradigma yang keliru.

0 komentar:

Posting Komentar